Kamis, 19 Agustus 2010

Wesel Dan Promes

BAB 3
WESEL DAN PROMES


1. Wesel (Notes)

Wesel adalah surat yang dibuat oleh berpiutang yang berisi perintah kepada yang berutang untuk membayar sejumlah uang tertentu pada saat tertentu.
Contoh surat wesel :

Rp. 1.200.000,00 Surabaya, 1 Mei 1995

Dua bulan setelah tanggal ini harap tuan membayar surat untuk surat wesel ini kepada bank Jayapura cabang Surabaya atau order, uang sejumlah.

Satu juta dua ratus ribu rupiah


Kepada Tuan Hasan Rian Akbar
SurabayaWesel dibagi menjadi yaitu wesel berbunga (Interest Bearing Note) dan wesel tidak berbunga (Non Interest Bearing Note). Wesel berbunga artinya yang berutang pada tanggal jatuh tempo akan membayar sebesar nominal wesel ditambah bunga selama jangka waktu wesel. Jika wesel diatas berbunga 20% setahun maka Hasan tanggal 1 Juli 1995 (jatuh tempo) akan membayar Rp. 1.240.000,00 dengan perincian nominal wesel Rp. 1.200.000,00 dan bunga Rp. 40.000,00 (Rp. 1.200.000,00 x 2/12 x 20%). Wesel tidak berbunga artinya yang berutang pada tanggal jatuh tempo akan membayar sebesar nominal wesel. Jika diatas tidak berbunga maka Hasan pada tanggal 1 Juli 1995 (jatuh tempo) akan membayar sebesar Rp. 1.200.000,00.
Surat wesel diatas oleh pemilik wesel (Rian Akbar) akan dicatat dalam perkiraan piutang wesel (wesel tagih atau notes receivable) sebesar nilai nominal sedangkan yang mengaksep wesel (Hasan) akan mencatat dalam perkiraan utang wesel (wesel bayar atau notes payable) sebesar nilai nominal.
Jurnal yang dibuat oleh kedua pihak pada tanggal 1 Mei 1995 sebagai berikut :

Rian Akbar Hasan
Wesel tagih Rp 1.200.000 Utang usaha Rp 1.200.000
Piutang usaha Rp 1.200.000 Wesel Bayar Rp 1.200.000

Promes dibagi menjadi dua yaitu promes tidak berbunga (non interest bearing promissory) dan promes berbunga (interest bearing promissory). Jika promes yang dibuat oleh Hasan tidak berbunga maka Hasan pada tangal 1 Juli 1995 (jatuh tempo) membayar kepada Rian Akbar sebesar Rp 1.200.000,00 Jurnal yang dibuat oleh kedua belah pihak pada tanggal 1 Juli 1995 (jatuh tempo) sebagai berikut :

Rian Akbar Hasan
Kas Rp 1.200.000 Wesel bayar Rp 1.200.000
Wesel tagih Rp 1.200.000 Kas Rp 1.200.000



Jika promes yang dibuat oleh Hasan berbunga 20% setahun maka Hasan pada tanggal 1 Juli 1995 (jatuh tempo) membayar kepada Rian Akbar sebesar Rp 1.240.000,00 dengan perincian nominal wesel Rp 1.200.000,00 dan bunga Rp 40.000 (Rp 1.200.000,00 x 2/12 x 20%). Jurnal yang dibuat oleh kedua pihak pada tanggal 1 juli 1995 (jatuh tempo) sebagi berikut :

Rian Akbar Hasan
Kas Rp 1.240.000 Wesel bayar Rp 1.200.000
Pendapatan bunga Rp 1.200.000 Beban bunga Rp 40.000
Wesel tagih Rp 40.000 Kas Rp 1.240.000


2. Mendiskontokan Wesel dan Promes.

Surat wesel atau surat promes dapat didiskontokan oleh pemegangnya sebelum tanggal jatuh tempo. Potongan harga dalam penjualan wesel atau promes disebut diskonto yang dihitung dari tanggal penjualan wesel atau promes sampai tanggal jatuh tempo. Jumlah uang yang diterima (nilai tunai/matuity value) dari penjualan wesel atau promes sebesar nilai jatuh tempo dikurangi diskonto (discount). Nilai jatuh tempo adalah nilai nominal ditambah bunga. Apabila wesel atau promes tidak berbunga nilai jatuh temponya sebesar nilai nominal. Selisih nilai jatuh tempo dengan nilai nominal dicatat dalam perkiraan beban bunga (interest expense) atau pendapatan bunga (interest income), jika nilai jatuh tempo lebih besar dari nilai nominal selisihnya dicatat dalam perkiraan pendapatan. Tetapi jika nilai jatuh tempo lebih kecil dari nilai nominal selisihnya dicatat dalam perkiraan beban bunga.
Misalkan PT XYZ memiliki promes dari PT WIT nominal Rp 600.000,00 berbunga 12% setahun dengan jangka waktu 60 hari bartanggal 10 mei 1995. Pada tanggal19 juni 1995 promes tersebut oleh PT XYZ didiskontokan ke Bank Arca dengan diskonto 10%. Berdasarkan data di atas uang yang di terima oleh PT XYZ dari hasil penjualan promes dihitung sebagai berikut:
Nilai nominal promes Rp 600.000,00
Bunga = Rp 600.000,00x60/360x12% Rp 12.000,00 +
Nilai jatuh tempo Rp. 612.000,00
Diskonto 9 Juni-9Juli 1995
Rp 612.000,00x20/360x10% Rp 3.400,00-
Diterima Rp 608.600,00




Jurnal yang dibuat oleh PT XYZ pada tanggal 19 Juni 1995 sebagai berikut :

Kas Rp 608.600,00
Pendapatan Bunga Rp 8.600,00
Wesel Tagih Rp 600.000,00

Pendapatan bunga Rp 8.600,00 berasal dari (Rp 608.600,00 – Rp 600.000,00). Tanggal jatuh tempo (maturity date) dihitung sebagai berikut :

60 hari
Mei = 31-9 = 22 hari
38 hari
Juni 30 hari
Juli 8 hari
Tanggal jatuh tempo 9 Juli 1995

Hari diskonto 20 hari dihitung dengan cara :
Juni = 30-18 = 12 hari
Juli 8 hari
20 hari

Adakalanya, pihak yang mendiskontokan wesel (promes) mempunyai kewajiban bersyarat artinya bila pada tanggal jatuh tempo yang berutang tidak membayar utangnya maka pembeli wesel atau promes akan menagih kepada pihak yang mendiskontokan wesel atau promes.
Jurnal yang dibuat oleh PT XYZ pada tanggal 19 juni 1995 apabila PT XYZ mempunyai kewajiban bersyarat sebagai berikut:

Kas Rp 608.600
Pendapatan bunga Rp 8.600
Wesel tagih yang didiskontokan Rp 600.000
Wesel tagih yang didiskontokan (notes receivable discounted) merupakan kawajiban bersyarat (contingent liabilities), dengan adanya kewajiban bersyarat ini pihak yang mendiskontokan wesel atau promes masih mempunyai piutang wesel (wesel tagih) kepada pembuat promes atau yang mengaksep wesel.
Kalau pada tanggal jatuh tempo yang berutang membayar utangnya kapada pembeli wesel atau promes maka pihak yang menjual wesel atau promes tidak mempunyai kewajiban bersyarat lagi dan tidak mempunyai piutang wesel (wesel tagih) misalkan pada tanggal 9 juli 1995 (jatuh tempo) PT WIT membayar utangnya kepada Bank A rca. Pada tangagal jatuh tempo (9 juli 1995) PT XYZ membuat jurnal untuk menghilangkan kewajiban bersyarat dan menghilangkan piutang wesel atau wesel tagih sebagai berikut:

Wesel tagih yang didiskontokan Rp 600.000
Wesel tagih Rp 600.000

Sering terjadi pihak yang berutang tidak dapat membayar promes atau wesel pada tanggal jatuh tempo sehingga pihak pembeli wesel atau promes menagih kepada pihak yang mendiskontokan wesel atau promes sebesar nilai jatuh tempo ditambah beban protes/protest fee (kalau ada). Misalkan pada tanggal jatuh tempo yaitu 9 juli 1995 PT WIT tidak dapat membayar promesnya, sehingga Bank Arca menagih kepada PT XYZ dengan perincian sebagai berikut:

Nilai jatuh tempo Rp 612.000,00
Beban protes Rp 3.000,00
Jumlah tagihan Rp 615.000,00

dalam hal ini PT XYZ mempunyai utang ke bank Arca dan mempunyai piutang usaha kepada PT WIT masing-masing sebesar Rp 615.000,00.






Jurnal yang dibuat oleh PT XYZ pada tanggal 9 Juli 1995 (jatuh tempo) sebagai berikut :

Piutang usaha PT WIT Rp 615.000
Utang bank Arca Rp 615.000
Wesel tagih yang didiskontokan Rp 600.000
Wesel tagih Rp 600.000

Jurnal pertama dimaksudkan untuk mencatat kepada PT WIT dan mencatat utang ke bank Arca, sedang jurnal kedua untuk menghilangkan wesel tagih yang didiskontokan dan wesel tagih.
Pihak yang mendiskontokan wesel atau promes akan membayar kepada bank dan menagih pembayaran kepada pembuat promes atau yang mengaksep wesel. Misalkan pada tangggal 11 Juli 1995 PT XYZ membayar kepada bank Arca Rp 615.000,00. Disamping itu juga PT XYZ pada tanggal 21 Juli 1995 menerima pembayaran PT WIT sebesar Rp 615.000,00 ditmbah bunga 12% setahun. Jurnal yang dibuat oleh PT XYZ pada tanggal 11 Juli 1995 dan 2 Juli 1995 berturut-turut sebagai berikut :

Utang bank Arca Rp 615.000
Kas Rp 615.000

Kas Rp 617.460
Pendapatan bunga Rp 2.260
Piutnag usaha PT WIT Rp 615.000

Bunga 9 Juli – 21 Juli = 615.000 x 12/360 x 12% = Rp 2.460,00

Uraian diatas mengenei penjualan wesel atau promes berbunga. Di bawah ini akan diuraikan mengenai penjualan wesel atau promes tidak berbunga misalkan pada tanggal 10 Mei 1995 PT XYZ telah menarik wesel tidak berbunga kepada PT WIT nominal Rp 600.000,00 jangka waktu 60 hari. Pada tanggal 19 Juni 1995 wesel tersebut oleh PT XYZ didiskontokan kepada bank Arca dengan diskonto 10%.
Uang yang diterima oleh PT XYZ dari hasil penjualan wesel sebagai berikut :
Nilai nominal wesel Rp 600.000,00
Diskonto 19 Juni 1995-9 Juli 1995
Rp 600.000,00 x 20 x 10 % Rp 3.333,33
360
Diterima Rp 596.666,67
Jurnal yang dibuat oleh PT XYZ pada tanggal 19 Juni 1995 untuk mencatat pendiskontoan wesel sebagai berikut :

Kas Rp 596.666,67
Beban bunga Rp 3.333,33
Wesel tagih Rp 600.000

Diskonto sebesar Rp 3.333,33 dicatat dalam beban bunga tanggal jatuh tempo dihitung sebagai berikut :
60 hari
Mei = 31 – 10 = 21 hari
39 hari
Juni 30 hari
Juli 9 hari
Tanggal jatuh tempo 9 Juli 1995
Jurnal diatas menunjukkan bahwa PT XYZ tidak mempunyai kewajiban bersyarat tetapi jika PT XYZ mempunyai kewajiban bersyarat maka jurnal pada tanggal 9 Juni yang dibuat oleh PT XYZ sebagai berikut :

Kas Rp 596.666,67
Beban bunga Rp 3.333,33
Wesel tagih yang didiskontokan Rp 600.000

3. Penyajian Wesel Tagih yang didiskontokan dalam Neraca
Saldo perkiraan wesel tagih yang didiskontokan pada akhir periode disajikan dalam neraca mengurangi perkiraan wesel tagih. Misalkan PT “ABC” pada tanggal 31 Desember 1995 mempunyai saldo perkiraan wesel tagih Rp 300.000,00 dan saldo perkiraan wesel tagih yang didiskontokan Rp 100.000,00. Kedua perkiraan diatas jika disajikan dalam neraca sebagai berikut :
Wesel tagih Rp 300.000,00
Wesel tagih yang didiskontokan Rp 100.000,00
Rp 200.000,00

4. Bunga Berjalan atas Wesel dam Promes Berbunga
Adakalanya wesel atau promes berbunga jatuh temponya melewati akhir periode, misalkan tanggal 11 Desember 1995 PT XYZ menjual barang dagangan kepada PT WIT seharga Rp 200.000,00 kemudian PT XYZ menarik wesel berbunga 18% setahun dan jangka waktu 60 hari. Jurnal yang dibuat oleh kedua pihak pada taggal 11 Desember 1995 sebagai berikut :

PT XYZ PT WIT
Wesel tagih Rp 200.000 Pembelian Rp.200.000
Penjualan Rp 200.000 Wesel bayar Rp.200.000

Akhir periode kedua pihak 31 Desember. Jadi pada 31 Desember 1995 PT XYZ mempunyai piutang bunga (interest receivable) kepada PT WIT dari 11 Desember s/d 31 Desember 1995 atau 20 hari dan sebaliknya PT WIT mempunyai utang bunga (interest payable) kepda PT XYZ 20 hari = 200.000 x 20/360 x 18% = 2.000
Jurnal penyesuaian pada 31 Desember 1995 yang dibuat oleh kedua pihak sebagai berikut :

PT XYZ PT WIT
Piutang bunga Rp 2.000 Beban bunga Rp 2.000
Pendapatan bunga Rp 2.000 Utang bunga Rp 2.000


Pada 1 Januari 1996 dibuat jurnal pembalik, ini dimaksudkan untuk menghilangkan saldo piutang bunga atau saldo utang bunga. Jurnal pembalik pada 1 Januari 1996 yang dibuat oleh kedua pihak sebagai berikut :

PT XYZ PT WIT
Pendapatan bunga Rp 2.000 Utang bunga Rp 2.000
Piutang bunga Rp 2.000 Beban bunga Rp 2.000

Setelah dibuat jurnal pembalik perkiraan piutang bunga dan perkiraan utang bunga tidak mempunyai saldo lagi. Perhatikan perkiraan bentuk T di bawah ini :

PT XYZ PT WIT
Piutang bunga Utang bunga
1995 1996 1996 1995
Des 31 Rp 2.000 Jan 1 Rp 2.000 Jan 1 Rp 2.000 Des 31 Rp 2.000

Pada tanggal jatuh tempo PT XYZ menerima pembayaran wesel dari PT WIT sebesar nominal wesel ditambah bunga 60 hari dengan perhitungan sebagai berikut :

Nominal wesel Rp 200.000,00
Bunga = 200.000 x 60 x 18% = Rp 6.000,00+
360
Diterima Rp 206.000,00
Jurnal yang dibuat oleh kedua pihak :

PT XYZ PT WIT

Kas Rp 206.000 Wesel bayar Rp 200.000
Pendapatan bunga Rp 6.000 Beban bunga Rp 6.000
Wesel tagih Rp 200.000 Kas Rp 206.000

Bunga Rp 6.000,00 untuk masa 11 Desember – 9 Febuari 1996.
Bunga untuk tahun 1996 (1 Januari s/d 9 Febuari 1996) sebesar Rp 4.000,00 (200.000 x 40/360 x 18%)
Jika jurnal pembalik dan junal pada tanggal 9 Febuari (jatuh tempo) dimasukkan ke perkiraan pendapatan bunga dan perkiraan beban bunga sebagai berikut :

PT XYZ PT WIT
Pendapatan bunga Beban bunga
1996 1996 1996 1996
Jan 1 Rp 2.000 Feb 9 Rp 6.000 Jan 1 Rp 2.000 Feb 9 Rp 6.000

Baik pendapatan bunga maupun beban bunga menunjukkan saldo Rp 4.000,00 yaitu bunga untuk 40 hari (Januari 1 s/d 9 Febuari 1996)



Apabila pada tanggal 1 Januari 1996 tidak dibuat jurnal pembalik, maka pada tanggal jatuh tempo kedua pihak akan membuat jurnal sebagai berikut :

PT XYZ PT WIT

Kas 206.000 Wesel bayar 200.000
Piutang bunga 2.000 Utang bunga 2.000
Pendapatan bunga 4.000 Beban bunga 4.000
Wesel tagih 200.000 Kas 206.000

Setelah dibuat jurnal pada tanggal jatuh tempo piutang bunga tidak mempunyai saldo (saldonya nol) dalam pendapatan bunga sebesar Rp 4.000 yaitu bunga untuk 40 hari (1 Januari s/d 9 Febuari 1996). Begitu juag utang bunga tidak mempunyai saldo (saldonya nol) dan beban bunga sebesar Rp 4.000 yaitu bunga untuk 40 hari (1 Januari s/d 9 Febuari 1996) untuk lebih jelasnya perhatikan perkiraan dibawah ini :

PT XYZ PT WIT
Piutang bunga Utang bunga
1995 1996 1996 1995
Des 31 2.000 Feb 9 2.000 Feb 9 2.000 Des 31 2.000

Pendapatan bunga Beban bunga
1996 1996
Feb 9 2.000 Feb 9 2.000

BAB 3
WESEL DAN PROMES


1. Wesel (Notes)

Wesel adalah surat yang dibuat oleh berpiutang yang berisi perintah kepada yang berutang untuk membayar sejumlah uang tertentu pada saat tertentu.
Contoh surat wesel :

Rp. 1.200.000,00 Surabaya, 1 Mei 1995

Dua bulan setelah tanggal ini harap tuan membayar surat untuk surat wesel ini kepada bank Jayapura cabang Surabaya atau order, uang sejumlah.

Satu juta dua ratus ribu rupiah


Kepada Tuan Hasan Rian Akbar
SurabayaWesel dibagi menjadi yaitu wesel berbunga (Interest Bearing Note) dan wesel tidak berbunga (Non Interest Bearing Note). Wesel berbunga artinya yang berutang pada tanggal jatuh tempo akan membayar sebesar nominal wesel ditambah bunga selama jangka waktu wesel. Jika wesel diatas berbunga 20% setahun maka Hasan tanggal 1 Juli 1995 (jatuh tempo) akan membayar Rp. 1.240.000,00 dengan perincian nominal wesel Rp. 1.200.000,00 dan bunga Rp. 40.000,00 (Rp. 1.200.000,00 x 2/12 x 20%). Wesel tidak berbunga artinya yang berutang pada tanggal jatuh tempo akan membayar sebesar nominal wesel. Jika diatas tidak berbunga maka Hasan pada tanggal 1 Juli 1995 (jatuh tempo) akan membayar sebesar Rp. 1.200.000,00.
Surat wesel diatas oleh pemilik wesel (Rian Akbar) akan dicatat dalam perkiraan piutang wesel (wesel tagih atau notes receivable) sebesar nilai nominal sedangkan yang mengaksep wesel (Hasan) akan mencatat dalam perkiraan utang wesel (wesel bayar atau notes payable) sebesar nilai nominal.
Jurnal yang dibuat oleh kedua pihak pada tanggal 1 Mei 1995 sebagai berikut :

Rian Akbar Hasan
Wesel tagih Rp 1.200.000 Utang usaha Rp 1.200.000
Piutang usaha Rp 1.200.000 Wesel Bayar Rp 1.200.000

Promes dibagi menjadi dua yaitu promes tidak berbunga (non interest bearing promissory) dan promes berbunga (interest bearing promissory). Jika promes yang dibuat oleh Hasan tidak berbunga maka Hasan pada tangal 1 Juli 1995 (jatuh tempo) membayar kepada Rian Akbar sebesar Rp 1.200.000,00 Jurnal yang dibuat oleh kedua belah pihak pada tanggal 1 Juli 1995 (jatuh tempo) sebagai berikut :

Rian Akbar Hasan
Kas Rp 1.200.000 Wesel bayar Rp 1.200.000
Wesel tagih Rp 1.200.000 Kas Rp 1.200.000



Jika promes yang dibuat oleh Hasan berbunga 20% setahun maka Hasan pada tanggal 1 Juli 1995 (jatuh tempo) membayar kepada Rian Akbar sebesar Rp 1.240.000,00 dengan perincian nominal wesel Rp 1.200.000,00 dan bunga Rp 40.000 (Rp 1.200.000,00 x 2/12 x 20%). Jurnal yang dibuat oleh kedua pihak pada tanggal 1 juli 1995 (jatuh tempo) sebagi berikut :

Rian Akbar Hasan
Kas Rp 1.240.000 Wesel bayar Rp 1.200.000
Pendapatan bunga Rp 1.200.000 Beban bunga Rp 40.000
Wesel tagih Rp 40.000 Kas Rp 1.240.000


2. Mendiskontokan Wesel dan Promes.

Surat wesel atau surat promes dapat didiskontokan oleh pemegangnya sebelum tanggal jatuh tempo. Potongan harga dalam penjualan wesel atau promes disebut diskonto yang dihitung dari tanggal penjualan wesel atau promes sampai tanggal jatuh tempo. Jumlah uang yang diterima (nilai tunai/matuity value) dari penjualan wesel atau promes sebesar nilai jatuh tempo dikurangi diskonto (discount). Nilai jatuh tempo adalah nilai nominal ditambah bunga. Apabila wesel atau promes tidak berbunga nilai jatuh temponya sebesar nilai nominal. Selisih nilai jatuh tempo dengan nilai nominal dicatat dalam perkiraan beban bunga (interest expense) atau pendapatan bunga (interest income), jika nilai jatuh tempo lebih besar dari nilai nominal selisihnya dicatat dalam perkiraan pendapatan. Tetapi jika nilai jatuh tempo lebih kecil dari nilai nominal selisihnya dicatat dalam perkiraan beban bunga.
Misalkan PT XYZ memiliki promes dari PT WIT nominal Rp 600.000,00 berbunga 12% setahun dengan jangka waktu 60 hari bartanggal 10 mei 1995. Pada tanggal19 juni 1995 promes tersebut oleh PT XYZ didiskontokan ke Bank Arca dengan diskonto 10%. Berdasarkan data di atas uang yang di terima oleh PT XYZ dari hasil penjualan promes dihitung sebagai berikut:
Nilai nominal promes Rp 600.000,00
Bunga = Rp 600.000,00x60/360x12% Rp 12.000,00 +
Nilai jatuh tempo Rp. 612.000,00
Diskonto 9 Juni-9Juli 1995
Rp 612.000,00x20/360x10% Rp 3.400,00-
Diterima Rp 608.600,00




Jurnal yang dibuat oleh PT XYZ pada tanggal 19 Juni 1995 sebagai berikut :

Kas Rp 608.600,00
Pendapatan Bunga Rp 8.600,00
Wesel Tagih Rp 600.000,00

Pendapatan bunga Rp 8.600,00 berasal dari (Rp 608.600,00 – Rp 600.000,00). Tanggal jatuh tempo (maturity date) dihitung sebagai berikut :

60 hari
Mei = 31-9 = 22 hari
38 hari
Juni 30 hari
Juli 8 hari
Tanggal jatuh tempo 9 Juli 1995

Hari diskonto 20 hari dihitung dengan cara :
Juni = 30-18 = 12 hari
Juli 8 hari
20 hari

Adakalanya, pihak yang mendiskontokan wesel (promes) mempunyai kewajiban bersyarat artinya bila pada tanggal jatuh tempo yang berutang tidak membayar utangnya maka pembeli wesel atau promes akan menagih kepada pihak yang mendiskontokan wesel atau promes.
Jurnal yang dibuat oleh PT XYZ pada tanggal 19 juni 1995 apabila PT XYZ mempunyai kewajiban bersyarat sebagai berikut:

Kas Rp 608.600
Pendapatan bunga Rp 8.600
Wesel tagih yang didiskontokan Rp 600.000
Wesel tagih yang didiskontokan (notes receivable discounted) merupakan kawajiban bersyarat (contingent liabilities), dengan adanya kewajiban bersyarat ini pihak yang mendiskontokan wesel atau promes masih mempunyai piutang wesel (wesel tagih) kepada pembuat promes atau yang mengaksep wesel.
Kalau pada tanggal jatuh tempo yang berutang membayar utangnya kapada pembeli wesel atau promes maka pihak yang menjual wesel atau promes tidak mempunyai kewajiban bersyarat lagi dan tidak mempunyai piutang wesel (wesel tagih) misalkan pada tanggal 9 juli 1995 (jatuh tempo) PT WIT membayar utangnya kepada Bank A rca. Pada tangagal jatuh tempo (9 juli 1995) PT XYZ membuat jurnal untuk menghilangkan kewajiban bersyarat dan menghilangkan piutang wesel atau wesel tagih sebagai berikut:

Wesel tagih yang didiskontokan Rp 600.000
Wesel tagih Rp 600.000

Sering terjadi pihak yang berutang tidak dapat membayar promes atau wesel pada tanggal jatuh tempo sehingga pihak pembeli wesel atau promes menagih kepada pihak yang mendiskontokan wesel atau promes sebesar nilai jatuh tempo ditambah beban protes/protest fee (kalau ada). Misalkan pada tanggal jatuh tempo yaitu 9 juli 1995 PT WIT tidak dapat membayar promesnya, sehingga Bank Arca menagih kepada PT XYZ dengan perincian sebagai berikut:

Nilai jatuh tempo Rp 612.000,00
Beban protes Rp 3.000,00
Jumlah tagihan Rp 615.000,00

dalam hal ini PT XYZ mempunyai utang ke bank Arca dan mempunyai piutang usaha kepada PT WIT masing-masing sebesar Rp 615.000,00.






Jurnal yang dibuat oleh PT XYZ pada tanggal 9 Juli 1995 (jatuh tempo) sebagai berikut :

Piutang usaha PT WIT Rp 615.000
Utang bank Arca Rp 615.000
Wesel tagih yang didiskontokan Rp 600.000
Wesel tagih Rp 600.000

Jurnal pertama dimaksudkan untuk mencatat kepada PT WIT dan mencatat utang ke bank Arca, sedang jurnal kedua untuk menghilangkan wesel tagih yang didiskontokan dan wesel tagih.
Pihak yang mendiskontokan wesel atau promes akan membayar kepada bank dan menagih pembayaran kepada pembuat promes atau yang mengaksep wesel. Misalkan pada tangggal 11 Juli 1995 PT XYZ membayar kepada bank Arca Rp 615.000,00. Disamping itu juga PT XYZ pada tanggal 21 Juli 1995 menerima pembayaran PT WIT sebesar Rp 615.000,00 ditmbah bunga 12% setahun. Jurnal yang dibuat oleh PT XYZ pada tanggal 11 Juli 1995 dan 2 Juli 1995 berturut-turut sebagai berikut :

Utang bank Arca Rp 615.000
Kas Rp 615.000

Kas Rp 617.460
Pendapatan bunga Rp 2.260
Piutnag usaha PT WIT Rp 615.000

Bunga 9 Juli – 21 Juli = 615.000 x 12/360 x 12% = Rp 2.460,00

Uraian diatas mengenei penjualan wesel atau promes berbunga. Di bawah ini akan diuraikan mengenai penjualan wesel atau promes tidak berbunga misalkan pada tanggal 10 Mei 1995 PT XYZ telah menarik wesel tidak berbunga kepada PT WIT nominal Rp 600.000,00 jangka waktu 60 hari. Pada tanggal 19 Juni 1995 wesel tersebut oleh PT XYZ didiskontokan kepada bank Arca dengan diskonto 10%.
Uang yang diterima oleh PT XYZ dari hasil penjualan wesel sebagai berikut :
Nilai nominal wesel Rp 600.000,00
Diskonto 19 Juni 1995-9 Juli 1995
Rp 600.000,00 x 20 x 10 % Rp 3.333,33
360
Diterima Rp 596.666,67
Jurnal yang dibuat oleh PT XYZ pada tanggal 19 Juni 1995 untuk mencatat pendiskontoan wesel sebagai berikut :

Kas Rp 596.666,67
Beban bunga Rp 3.333,33
Wesel tagih Rp 600.000

Diskonto sebesar Rp 3.333,33 dicatat dalam beban bunga tanggal jatuh tempo dihitung sebagai berikut :
60 hari
Mei = 31 – 10 = 21 hari
39 hari
Juni 30 hari
Juli 9 hari
Tanggal jatuh tempo 9 Juli 1995
Jurnal diatas menunjukkan bahwa PT XYZ tidak mempunyai kewajiban bersyarat tetapi jika PT XYZ mempunyai kewajiban bersyarat maka jurnal pada tanggal 9 Juni yang dibuat oleh PT XYZ sebagai berikut :

Kas Rp 596.666,67
Beban bunga Rp 3.333,33
Wesel tagih yang didiskontokan Rp 600.000

3. Penyajian Wesel Tagih yang didiskontokan dalam Neraca
Saldo perkiraan wesel tagih yang didiskontokan pada akhir periode disajikan dalam neraca mengurangi perkiraan wesel tagih. Misalkan PT “ABC” pada tanggal 31 Desember 1995 mempunyai saldo perkiraan wesel tagih Rp 300.000,00 dan saldo perkiraan wesel tagih yang didiskontokan Rp 100.000,00. Kedua perkiraan diatas jika disajikan dalam neraca sebagai berikut :
Wesel tagih Rp 300.000,00
Wesel tagih yang didiskontokan Rp 100.000,00
Rp 200.000,00

4. Bunga Berjalan atas Wesel dam Promes Berbunga
Adakalanya wesel atau promes berbunga jatuh temponya melewati akhir periode, misalkan tanggal 11 Desember 1995 PT XYZ menjual barang dagangan kepada PT WIT seharga Rp 200.000,00 kemudian PT XYZ menarik wesel berbunga 18% setahun dan jangka waktu 60 hari. Jurnal yang dibuat oleh kedua pihak pada taggal 11 Desember 1995 sebagai berikut :

PT XYZ PT WIT
Wesel tagih Rp 200.000 Pembelian Rp.200.000
Penjualan Rp 200.000 Wesel bayar Rp.200.000

Akhir periode kedua pihak 31 Desember. Jadi pada 31 Desember 1995 PT XYZ mempunyai piutang bunga (interest receivable) kepada PT WIT dari 11 Desember s/d 31 Desember 1995 atau 20 hari dan sebaliknya PT WIT mempunyai utang bunga (interest payable) kepda PT XYZ 20 hari = 200.000 x 20/360 x 18% = 2.000
Jurnal penyesuaian pada 31 Desember 1995 yang dibuat oleh kedua pihak sebagai berikut :

PT XYZ PT WIT
Piutang bunga Rp 2.000 Beban bunga Rp 2.000
Pendapatan bunga Rp 2.000 Utang bunga Rp 2.000


Pada 1 Januari 1996 dibuat jurnal pembalik, ini dimaksudkan untuk menghilangkan saldo piutang bunga atau saldo utang bunga. Jurnal pembalik pada 1 Januari 1996 yang dibuat oleh kedua pihak sebagai berikut :

PT XYZ PT WIT
Pendapatan bunga Rp 2.000 Utang bunga Rp 2.000
Piutang bunga Rp 2.000 Beban bunga Rp 2.000

Setelah dibuat jurnal pembalik perkiraan piutang bunga dan perkiraan utang bunga tidak mempunyai saldo lagi. Perhatikan perkiraan bentuk T di bawah ini :

PT XYZ PT WIT
Piutang bunga Utang bunga
1995 1996 1996 1995
Des 31 Rp 2.000 Jan 1 Rp 2.000 Jan 1 Rp 2.000 Des 31 Rp 2.000

Pada tanggal jatuh tempo PT XYZ menerima pembayaran wesel dari PT WIT sebesar nominal wesel ditambah bunga 60 hari dengan perhitungan sebagai berikut :

Nominal wesel Rp 200.000,00
Bunga = 200.000 x 60 x 18% = Rp 6.000,00+
360
Diterima Rp 206.000,00
Jurnal yang dibuat oleh kedua pihak :

PT XYZ PT WIT

Kas Rp 206.000 Wesel bayar Rp 200.000
Pendapatan bunga Rp 6.000 Beban bunga Rp 6.000
Wesel tagih Rp 200.000 Kas Rp 206.000

Bunga Rp 6.000,00 untuk masa 11 Desember – 9 Febuari 1996.
Bunga untuk tahun 1996 (1 Januari s/d 9 Febuari 1996) sebesar Rp 4.000,00 (200.000 x 40/360 x 18%)
Jika jurnal pembalik dan junal pada tanggal 9 Febuari (jatuh tempo) dimasukkan ke perkiraan pendapatan bunga dan perkiraan beban bunga sebagai berikut :

PT XYZ PT WIT
Pendapatan bunga Beban bunga
1996 1996 1996 1996
Jan 1 Rp 2.000 Feb 9 Rp 6.000 Jan 1 Rp 2.000 Feb 9 Rp 6.000

Baik pendapatan bunga maupun beban bunga menunjukkan saldo Rp 4.000,00 yaitu bunga untuk 40 hari (Januari 1 s/d 9 Febuari 1996)



Apabila pada tanggal 1 Januari 1996 tidak dibuat jurnal pembalik, maka pada tanggal jatuh tempo kedua pihak akan membuat jurnal sebagai berikut :

PT XYZ PT WIT

Kas 206.000 Wesel bayar 200.000
Piutang bunga 2.000 Utang bunga 2.000
Pendapatan bunga 4.000 Beban bunga 4.000
Wesel tagih 200.000 Kas 206.000

Setelah dibuat jurnal pada tanggal jatuh tempo piutang bunga tidak mempunyai saldo (saldonya nol) dalam pendapatan bunga sebesar Rp 4.000 yaitu bunga untuk 40 hari (1 Januari s/d 9 Febuari 1996). Begitu juag utang bunga tidak mempunyai saldo (saldonya nol) dan beban bunga sebesar Rp 4.000 yaitu bunga untuk 40 hari (1 Januari s/d 9 Febuari 1996) untuk lebih jelasnya perhatikan perkiraan dibawah ini :

PT XYZ PT WIT
Piutang bunga Utang bunga
1995 1996 1996 1995
Des 31 2.000 Feb 9 2.000 Feb 9 2.000 Des 31 2.000

Pendapatan bunga Beban bunga
1996 1996
Feb 9 2.000 Feb 9 2.000

Tidak ada komentar:

Posting Komentar